Perbedaan Asesmen Formatif vs Sumatif
Sumber: images.theconversation.com

Perbedaan Asesmen Formatif vs Sumatif, Yuk Pahami!

Diposting pada

Perbedaan Asesmen Formatif vs Sumatif – Hai, pembaca cerdas! Kalau kamu pernah bingung mendengar istilah asesmen formatif dan asesmen sumatif, jangan khawatir, kamu nggak sendirian. Banyak juga yang merasa istilah ini terdengar mirip, tapi sebenarnya mereka punya peran yang berbeda banget, lho. Yuk, kita bahas dengan gaya santai, tapi tetap penuh informasi penting, supaya kamu bisa langsung paham tanpa perlu banyak mikir!

Apa Sih Asesmen Formatif Itu?

Nah, kita mulai dari asesmen formatif. Ini adalah jenis evaluasi yang di lakukan di tengah proses belajar mengajar. Dengan kata lain, asesmen ini bertujuan untuk memantau perkembangan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Jadi, kalau kamu sering di minta menjawab kuis kecil-kecilan atau ikut diskusi di kelas, itulah yang di sebut asesmen formatif.

Baca Juga: Kekurangan Dan Kelebihan Kurikulum Merdeka

Kenapa Asesmen Formatif Itu Penting?

  • Memberikan gambaran perkembangan siswa: Guru bisa langsung tahu apakah siswa sudah paham atau belum.
  • Membantu siswa belajar lebih baik: Dengan adanya umpan balik, siswa bisa memperbaiki kekurangannya.
  • Mendorong interaksi aktif: Siswa jadi lebih terlibat dalam proses belajar.

Contoh Asesmen Formatif yang Sering Di Lakukan:

  • Tanya jawab setelah guru menjelaskan materi baru.
  • Kuis singkat yang hasilnya nggak masuk nilai akhir.
  • Diskusi kelompok untuk menyelesaikan soal bersama-sama.

Lalu, Apa Itu Asesmen Sumatif?

Kalau asesmen sumatif, beda lagi ceritanya. Jenis evaluasi ini biasanya di lakukan di akhir pembelajaran. Jadi, fokusnya adalah untuk mengukur hasil akhir yang di capai oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai. Misalnya, ketika kamu menghadapi ujian akhir semester atau presentasi proyek besar, itu adalah contoh asesmen sumatif.

Apa Fungsi Utama Asesmen Sumatif?

  • Menilai pencapaian siswa secara keseluruhan: Guru bisa melihat apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai.
  • Memberikan nilai akhir: Hasil asesmen sumatif biasanya di pakai untuk menentukan kelulusan atau evaluasi tingkat lanjut.
  • Sebagai acuan perbaikan kurikulum: Data dari asesmen sumatif bisa membantu guru memperbaiki metode pengajaran.

Contoh Asesmen Sumatif yang Sering Kita Temui:

  • Ujian akhir semester dengan soal pilihan ganda dan esai.
  • Proyek akhir berupa makalah atau presentasi.
  • Penilaian hasil praktek kerja lapangan atau magang.

Apa Sih Bedanya Asesmen Formatif dan Sumatif?

Sekarang, supaya lebih gampang memahami perbedaannya, mari kita lihat keduanya secara berdampingan.

Asesmen Formatif:

  • Di lakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
  • Fokusnya untuk membantu siswa memahami materi lebih baik.
  • Biasanya berupa tugas ringan, seperti kuis atau diskusi.

Asesmen Sumatif:

  • Di lakukan di akhir pembelajaran.
  • Bertujuan untuk menilai hasil akhir dari proses belajar.
  • Biasanya berupa ujian besar atau proyek penilaian.

Kenapa Guru Perlu Menggunakan Keduanya?

Mungkin kamu bertanya-tanya, “Kenapa nggak pilih salah satu aja, sih?” Nah, jawabannya sederhana, karena kedua jenis asesmen ini saling melengkapi. Asesmen formatif membantu siswa belajar lebih efektif di tengah jalan, sementara asesmen sumatif memastikan siswa benar-benar menguasai materi.

Cara Efektif Menggunakan Asesmen Formatif:

  • Selalu beri siswa kesempatan untuk menjawab pertanyaan reflektif setelah materi di sampaikan.
  • Gunakan umpan balik untuk memperbaiki strategi pembelajaran.
  • Kombinasikan asesmen formatif dengan aktivitas yang menyenangkan, seperti permainan edukasi.

Cara Efektif Menggunakan Asesmen Sumatif:

  • Buat soal ujian yang mencakup semua topik pembelajaran.
  • Sertakan proyek kreatif sebagai bagian dari penilaian.
  • Gunakan rubrik penilaian yang jelas agar siswa tahu standar yang di harapkan.

Hal-Hal Menarik tentang Asesmen yang Mungkin Belum Kamu Tahu

  • Asesmen formatif bisa meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena sifatnya memberikan umpan balik positif, siswa jadi lebih semangat untuk belajar.
  • Asesmen sumatif bisa menciptakan tekanan belajar yang sehat. Meskipun sering di anggap menegangkan, asesmen ini membantu siswa untuk fokus pada tujuan akhir.
  • Kombinasi asesmen formatif dan sumatif menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif. Guru bisa mengidentifikasi kebutuhan siswa sekaligus menilai hasilnya.

Apa Dampaknya Jika Keduanya Tidak Di Lakukan dengan Baik?

Bayangkan kalau hanya ada asesmen sumatif tanpa asesmen formatif. Siswa mungkin akan kesulitan memahami materi karena mereka tidak di beri kesempatan untuk belajar dari kesalahan. Sebaliknya, kalau hanya ada asesmen formatif, guru mungkin tidak akan tahu sejauh mana pencapaian siswa secara keseluruhan.

Risiko Jika Asesmen Formatif Tidak Maksimal:

  • Siswa bisa kehilangan arah dalam belajar.
  • Guru sulit mengevaluasi efektivitas metode pengajaran.

Risiko Jika Asesmen Sumatif Tidak Optimal:

  • Hasil belajar siswa tidak bisa di ukur dengan akurat.
  • Kurikulum sulit di perbaiki karena data evaluasi kurang lengkap.

Kesimpulan Tersirat di Setiap Penjelasan

Setiap jenis asesmen punya fungsi yang unik dan nggak bisa saling menggantikan. Jadi, penting banget untuk memahami perbedaan, kelebihan, dan kekurangannya supaya proses belajar mengajar bisa berjalan dengan maksimal. Dengan memahami konsep ini, guru bisa lebih kreatif, siswa bisa lebih aktif, dan pembelajaran jadi lebih menyenangkan! 😊 Perbedaan Asesmen Formatif vs Sumatif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *